Reaksi Pemimpin Dunia Usai AS Serang 3 Situs Nuklir Iran

Table of Contents

Kutuk Washington, Dunia Islam Bereaksi Keras: PD 3 di Ujung Tanduk!

Dipublikasikan: 22 Juni 2025

Tiga ledakan besar mengguncang Iran pada dini hari waktu Teheran. Tiga situs nuklir strategis dihantam rudal jelajah Amerika Serikat dalam serangan yang disebut Pentagon sebagai "langkah pencegahan terhadap ancaman eksistensial dari Iran."

Namun dunia tidak diam, justru sebaliknya; pemimpin dari berbagai penjuru dunia mengecam Washington, menyebut serangan ini sebagai provokasi brutal yang bisa memicu pecahnya Perang Dunia Ketiga.

“Tindakan Amerika Serikat adalah agresi terang-terangan dan pelanggaran hukum internasional.” Vladimir Putin, Presiden Rusia.

Rusia, China, dan sebagian besar dunia Islam mengecam keras tindakan sepihak Amerika Serikat. Presiden Rusia Vladimir Putin menyebutnya sebagai “bencana diplomatik,” dan langsung mengaktifkan status siaga militer di wilayah selatan dan sekitar Laut Kaspia. Kementerian Luar Negeri China menyerukan pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB dan menuding AS sebagai “aktor destabilitas global.”

“Setiap tindakan militer tanpa mandat internasional akan membawa dunia ke jurang kehancuran.” Xi Jinping, Presiden China.

Sementara itu, pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, dalam pernyataan publik yang disiarkan dari lokasi rahasia, menuduh Israel sebagai dalang intelektual di balik operasi militer AS ini.

Presiden Turki Recep Tayyip ErdoÄŸan menyebut serangan tersebut sebagai “serangan terhadap kehormatan umat Islam.” Ankara dikabarkan sedang memobilisasi aliansi regional darurat bersama Pakistan, Qatar, dan Aljazair.

“Ini bukan sekadar serangan terhadap Iran. Ini adalah deklarasi perang terhadap dunia Muslim.” Recep Tayyip ErdoÄŸan, Presiden Turki.

Hizbullah di Lebanon dan milisi Houthi di Yaman pun mengumumkan kesiapan penuh untuk menyerang target-target AS dan Israel. Suasana panas terasa nyata di Timur Tengah.

Uni Eropa menunjukkan respons yang terbelah. Prancis dan Jerman mendesak gencatan senjata serta perundingan damai melalui saluran diplomatik PBB. Sebaliknya, Inggris dan negara-negara Baltik justru menyatakan dukungan terhadap "hak pertahanan" yang diambil AS.

“Eskalasi ini hanya akan membawa penderitaan. Dunia tidak butuh perang baru.” — Emmanuel Macron, Presiden Prancis.

Pakar geopolitik mulai membunyikan alarm. Profesor Marcus Levin dari Oxford Univercity menyatakan bahwa kondisi global saat ini “lebih genting dari krisis rudal Kuba 1962.” Ia memperingatkan bahwa jika tidak ada de-eskalasi dalam 48 jam, konflik regional ini bisa berubah menjadi konflik dunia.

Jika konflik membesar :

- Harga minyak dunia bisa melonjak drastis.
- Pasar saham global mengalami guncangan besar.
- Akses digital dan teknologi mungkin akan terganggu akibat sanksi dan blokade.
- Ancaman siber terhadap infrastruktur sipil di seluruh dunia dapat meningkat drastis.

Apakah ini awal dari babak baru perang global, ataukah krisis ini akan mereda melalui diplomasi darurat? Hanya waktu dan keputusan para pemimpin dunia yang bisa menjawabnya.

Yang jelas, dunia sedang menahan napas.

Referensi dan Konteks :

1. NYT, 2021, Sabotase situs nuklir Natanz oleh Israel: https://www.nytimes.com/2021/04/11/world/middleeast/iran-nuclear-natanz.html
2. Reuters, 2023, Latihan militer AS-Israel simulasi serangan ke Iran: https://www.reuters.com/world/middle-east/us-israel-stage-joint-drills-simulate-iran-nuclear-site-strikes-2023-12-12/
3. IAEA, Laporan resmi soal nuklir Iran: https://www.iaea.org/topics/iran
4. Foreign Affairs, Analisis risiko Perang Dunia 3: https://www.foreignaffairs.com/articles/world/2023-01-01/are-we-brink-world-war-iii

Disclaimer:

Artikel ini ditulis sebagai analisis geopolitik berdasarkan skenario konflik aktual dan kemungkinan prediksi eskalasi. Beberapa informasi bersifat simulatif untuk keperluan editorial.

Posting Komentar