Bisikan Melintas : Setan, Jin, dan Iblis dalam Dada Manusia

Table of Contents
Bisikan yang Melintas: Setan, Jin, dan Iblis dalam Dada Manusia

Refleksi spiritual dari sudut pandang Al-Qur’an dan Hadits

Dalam sunyi jiwa manusia, hadir bisikan yang tak bersuara, tak terlihat oleh mata, namun terasa dalam gejolak rasa dan pikiran, dalam dorongan hati. Setan, jin, dan iblis tidak memiliki kuasa langsung atas fisik manusia, Mereka hanya menggoda lewat lintasan hati, pikiran, dan perasaan.

“Yang membisikkan ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.”
(QS. An-Nas: 5–6)

Ayat ini menjadi penanda penting bahwa jalur masuknya godaan bukanlah melalui tubuh jasmani, melainkan “sudur” (dada) tempat bersemayamnya rasa dan lintasan batin. Dada adalah pintu masuk pertama sebelum hati memutuskan, di sanalah bisikan itu bekerja.

Sejak awal penciptaan manusia, iblis tidak menggenggam kekuatan pemaksa. Ia hanya mengelola angan-angan, membisikkan rasa percaya diri yang berlebihan, menyalakan rasa takut atau iri, dan membungkus semuanya dalam logika yang manis dan terasa indah.

“Setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya (Adam dan Hawa)...”
(QS. Al-A’raf: 20)

Yang dilakukan iblis bukan paksaan, melainkan menggoyahkan motivasi batiniah. Nabi Adam tergelincir bukan karena lemahnya ilmu, tetapi karena lintasan angan-angan yang tak segera disadari.

“Sesungguhnya setan berjalan pada diri anak Adam sebagaimana darah mengalir di tubuhnya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Setan tak datang dengan suara menggelegar. Ia menyelinap dengan halus dan lembut, nyaris tak terasa. Ia menunggangi gelombang emosi, hawa nafsu dan hasrat, dalam bisikan perasaan dan pikiran yang nyaris tak terasa.

  • Amarah yang meledak tanpa kendali
  • Syahwat yang membutakan nurani
  • Rasa takut yang melemahkan tawakal kepada Allah
  • Ambisi yang menyingkirkan adab, rasa malu, dan nilai kemanusiaan

Semua itu tampak biasa, tapi justru di situlah letak bahaya tersembunyi. Sebab setan tidak memaksa, ia hanya melintas, menawarkan, dan menunggu celah kelengahan.

Namun tidak semua lintasan itu jahat. Dalam QS. Asy-Syams: 8, Allah menyebut bahwa manusia juga diberi ilham ketakwaan. Tapi waswas setan sangat lihai, bahkan bisa menyusup ke dalam niat ibadah, menodainya dengan riya’, ujub, atau rasa merasa paling benar.

Di sinilah pentingnya muraqabah (kesadaran spiritual) yang hidup—dengan dzikir yang terjaga, on-time dan on-line. Sebab hanya dengan cahaya Allah, manusia dapat mengenali dan menghindari arah datangnya bisikan tersebut.

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa, bila mereka ditimpa waswas dari setan, mereka ingat (Allah), maka saat itu juga mereka melihat (kebenaran).”
(QS. Al-A’raf: 201)

Setan tidak pernah istirahat. Jin tidak pernah tidur. Dan iblis tak akan berhenti hingga hari kiamat. Tapi manusia telah dibekali akal, hati, dan wahyu sebagai pelindung dan penunjuk arah.

Bisikan setan akan selalu datang, tapi jangan disambut. Ia membisik, tapi jangan dipercaya.

Tugas manusia adalah menyaring, memilah, dan mengarahkan hati untuk tetap bersandar kepada Allah.

“Dan jika setan mengganggumu dengan satu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah.”
(QS. Al-A’raf: 200)

Semoga Allah Swt membentengi hati kita dari lintasan yang menyesatkan dan menetapkan kita di jalan yang lurus.

وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ، عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ
“Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan pertolongan Allah. Hanya kepada-Nya aku bertawakal dan hanya kepada-Nya aku kembali.”
(QS. Hud: 88)

Wallahu a‘lam bis-sawab.
Dan Allah-lah yang lebih mengetahui kebenaran yang sesungguhnya.
Amin ya Rabb al-‘alamin.

© 2025 | Artikel oleh Penulis | Semua hak cipta dilindungi.

Posting Komentar