Perang Israel–Palestina: Nubuat Akhir Zaman atau Konflik Biasa

Table of Contents

Opini akhir zaman

Konflik antara Israel (dalam wujud politik Zionisme) dan bangsa Palestina terus membara selama lebih dari satu abad. Di luar aspek kolonial, politik, dan ekonomi, konflik ini juga dibingkai dalam nuansa religius oleh sebagian kalangan, baik sebagai perebutan Tanah Suci maupun sebagai nubuat akhir zaman. Namun, benarkah peperangan ini tertulis dalam kitab suci agama-agama samawi? Atau, apakah ini hasil tafsir ideologis terhadap kisah-kisah lama?.

Narasi Penaklukan dalam Taurat

Taurat (Torah), bagian dari Tanakh dan dikenal sebagai lima kitab Musa, mencatat kisah penaklukan tanah Kanaan oleh Bani Israel. Kitab Yosua pasal 6–11 menggambarkan penaklukan kota-kota seperti Yerikho, Ai, dan Hebron oleh Yosua. Dalam 1 Samuel 17, Daud mengalahkan Goliat dari bangsa Filistin, yang oleh sebagian peneliti dianggap berkerabat dengan leluhur bangsa Palestina.

Sementara itu, dalam Kejadian 15:18–21, Tuhan berjanji kepada Abraham bahwa keturunannya akan mewarisi wilayah "dari Sungai Mesir sampai ke sungai besar, yakni Sungai Efrat", sebuah klaim yang sering dijadikan dasar ideologis oleh kaum Zionis religius.

Injil dan Etika Damai

Injil atau Perjanjian Baru lebih menekankan ajaran kasih dan damai daripada konflik militer. Dalam Lukas 19:41–44, Yesus menangisi nasib Yerusalem dan menubuatkan kehancurannya karena tidak mengenali "waktunya dikunjungi". Sementara itu, Matius 5:9 menekankan nilai damai: "Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah."

Kritik dan Harapan dalam Al-Qur’an

Al-Qur’an menyebut Bani Israil lebih dari 40 kali, dengan konteks bervariasi; sebagai umat pilihan, pelanggar perjanjian, hingga penerima petunjuk. Dalam QS Al-Ma’idah [5]:20–26, diceritakan bahwa Musa mengajak Bani Israil memasuki Tanah Suci, namun mereka menolak karena takut pada bangsa yang kuat. Akibatnya, mereka dihukum mengembara selama 40 tahun.

Sementara itu, QS Al-Isra’ [17]:4–8 menubuatkan dua kali kerusakan besar yang dilakukan Bani Israil di muka bumi. Namun, QS Ali Imran [3]:113–115 menyeimbangkan narasi tersebut dengan menyebut bahwa di antara Ahli Kitab ada yang berlaku adil, taat, dan senantiasa berbuat kebajikan.

Perang Gog dan Magog & Perang Armagedon

Kitab Wahyu dalam Perjanjian Baru menggambarkan dua peristiwa eskatologis besar. Dalam Wahyu 16:16, disebutkan tempat bernama Armagedon, lokasi berkumpulnya raja-raja dunia untuk berperang melawan Tuhan. Pertempuran ini digambarkan lebih detail dalam Wahyu 19:11–21, ketika Kristus datang sebagai "Raja segala raja" untuk mengalahkan binatang dan nabi palsu.

Setelah itu, dalam Wahyu 20:7–10, muncul Gog dan Magog sebagai simbol bangsa-bangsa dunia yang disesatkan Iblis setelah Milenium (1000 tahun damai). Mereka mengepung "kota orang-orang kudus", tetapi dihancurkan oleh api dari langit.

Perbandingan Gog–Magog dan Armagedon

Aspek Armagedon Gog dan Magog
Lokasi Har-Megiddo (Wahyu 16:16) Seluruh dunia (Wahyu 20:8–9)
Musuh utama Antikristus dan raja dunia (Wahyu 19:19) Bangsa yang disesatkan Iblis (Wahyu 20:8)
Waktu Sebelum Milenium Setelah Milenium (Wahyu 20:7)
Akhir Kemenangan Kristus (Wahyu 19:20–21) Kehancuran oleh api dari langit (Wahyu 20:9)

Tafsir atau Hasrat Kekuasaan?

Menjadikan kitab suci sebagai legitimasi politik dan militer adalah langkah berbahaya. Penafsiran keagamaan seharusnya menumbuhkan rekonsiliasi, bukan perpecahan. Konflik Israel–Palestina tidak boleh disederhanakan sebagai perang suci semata, melainkan harus dilihat sebagai tragedi kemanusiaan yang memerlukan penyelesaian adil dan damai. Inilah saatnya membumikan pesan kasih, keadilan, dan pengampunan yang terkandung dalam semua kitab suci.

Artikel ini disusun untuk tujuan edukatif dan membuka ruang dialog antar-Iman. Tafsir bersifat interpretatif dan terbuka untuk dikaji ulang secara akademik maupun spiritual.

Posting Komentar