Perjalanan Nabi Musa kembali ke Mesir, Menuju Tanah Kanaan, Janji Tuhan Dibatalkan

Table of Contents

Oleh: Mubha Kahar Muang

Setelah sekian lama hidup di negeri Madyan, timbullah pada diri Musa kerinduan akan kampung halamannya di Mesir.

Nabi Musa merasa terpanggil untuk membebaskan Bani Israil dari penindasan Firaun.

Maka tatkala Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan untuk bekerja selama sepuluh tahun di Madyan maka Musa minta izin kepada mertuanya,   Nabi Syuaib untuk kembali ke Mesir.

Maka berangkatlah ia bersama keluarganya.

Dalam perjalanan ia pun melihat api di lereng gunung. 

Ia pun berkata kepada keluarganya: ‘Tunggulah (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu dari (tempat) api itu atau (membawa) sesuluh api, agar kamu dapat menghangatkan badan.’” 

(QS. Al-Qashash: 29)

Musa dan istrinya berjalan menuju Mesir di musim dingin, sehingga mereka mencari tempat untuk menghangatkan badan.

Di perjalanan menuju Mesir, di Bukit Thursina Musa menerima wahyu dari Allah, termasuk mukjizat.

Pada momen inilah terjadi suatu kejadian yang kemudian menjadi keistimewaan bagi Musa.

Pada saat ini Allah berbicara kepada hamba-Nya, Musa  secara langsung.

Musa adalah satu-satunya hamba yang pernah berbicara dengan Allah secara langsung, oleh karenanya beliau dijuluki dengan kaliimullaah. 

Musa diangkat sebagai Rasul

"Wahai Musa! Sesungguhnya Aku memilih mengistimewakan engkau dari manusia yang lain (pada masamu) untuk membawa risalah-Ku dan berbicara langsung denganKu” 

(QS. Al-A’raf :144)

Maka ketika dia mendatanginya (ke tempat api itu) dia dipanggil, "Wahai Musa!

(QS.Taha :11)

Sungguh, Aku adalah Tuhanmu, maka lepaskan kedua terompahmu. Karena sesungguhnya engkau berada di lembah yang suci, Tuwa.

(QS .Taha :12 )

Dan Aku telah memilih engkau, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu).

(QS. Taha :13 )

Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah shalat untuk mengingat Aku.

(QS.Taha :14 )

Ayat ini menunjukkan bahwa shalat adalah perintah Allah yang ada pada syari’at para nabi seluruhnya.

Mukjizat Pertama Nabi Musa Alaihissalam

Allah menanyai Nabi Musa ‘Alaihissalam akan tongkat yang dipegangnya:

Dan apakah yang ada di tangan kananmu, wahai Musa?

(QS .Taha : 17)

Dia (Musa) berkata, “Ini adalah tongkatku, aku bertumpu padanya, dan aku merontokkan (daun-daun) dengannya untuk (makanan) kambingku, dan bagiku masih ada lagi manfaat yang lain.”

(QS. Taha: 18)

Kemudian 

Dia (Allah) berfirman, “Lemparkanlah ia, wahai Musa!”

(QS. Taha: 19)

Lalu (Musa) melemparkan tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat.

(QS.Taha :20)

Firman Allah berikutnya:

“Maka tatkala (tongkat itu menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seolah-olah dia seekor ular yang gesit, larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh.

(Kemudian Musa diseru): ‘Hai Musa! Datanglah kepada-Ku dan janganlah kamu takut! Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang aman.’“

 (QS. Al-Qashash: 31)

Dalam ayat lain :

“Allah berfirman: ‘Peganglah ia dan jangan takut! 

Kami akan mengembalikan

nya seperti semula.’“

(QS Taha: 21)

Allah terlebih dahulu melatih Nabi Musa ‘Alaihissalam berkenaan mukjizat yang diberikan kepadanya, agar jangan sampai dia mendatangi Fir’aun dalam keadaan tidak tahu apa yang akan terjadi dengan tongkatnya. 

Ini adalah mukjizat Nabi Musa ‘Alaihissalam yang pertama.

Terkait mukjizat yang kedua, Allah berfirman:

“…dan kepitkanlah tanganmu ke ketiakmu, niscaya ia keluar menjadi putih tanpa cacat, sebagai mukjizat yang lain.” 

(QS. Taha: 22)

Mukjizat kedua ini Tangan Nabi Musa ‘Alaihissalam tampak putih bercahaya setelah mengeluarkannya dari bawah ketiaknya.

Setelah kembali ke Mesir.

Nabi Musa membawa risalah Allah dan meminta Firaun melepaskan Bani Israil dari perbudakan.

Firaun menolak permintaan tersebut, bahkan berusaha membunuh Nabi Musa beserta pengikutnya sehingga Allah menurunkan berbagai azab seperti air Sungai Nil yang menjadi darah, wabah katak, belalang, dan penyakit ternak. 

Setelah berbagai azab tersebut, Firaun akhirnya setuju melepaskan Bani Israil. 

Menyeberangi Laut Merah

Bani Israil dipimpin oleh Nabi Musa untuk menyeberangi Laut Merah. 

Allah menguakkan air laut sehingga mereka dapat menyeberanginya, sementara Firaun dan bala tentaranya tenggelam di dalamnya. 

Perjalanan ke Tanah Kanaan

Setelah berhasil menyeberangi Laut Merah, Bani Israil  melanjutkan perjalanan menuju Tanah Kanaan yang telah dijanjikan oleh Allah. 

Mesir ke Kanaan berjarak sekitar 800 km atau dapat ditempuh dengan berjalan kaki selama 25 hari.

Bani Israil Menolak Masuk ke Kanaan

Tetapi Bangsa Israel menolak masuk ke Kanaan setelah pengintai mereka memberikan laporan yang menakutkan tentang penduduk dan kekuatan musuh, dan memilih untuk terus berdiam di padang gurun.

Perintah masuk ke Kanaan tertuang dalam firman Allah dalam Surat Al Maidah ayat 21.

Ayat ini mengisahkan Nabi Musa yang memerintahkan Bani Israil untuk masuk ke Tanah Suci.

Wahai kaumku! Masuklah ke tanah suci (Kanaan) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu berbalik ke belakang (karena takut kepada musuh), nanti kamu menjadi orang yang rugi.

(QS Al Maidah ayat 21)

Pembangkangan Bani Israel

Bangsa Israel memang Allah sebutkan sebagai bangsa yang pembangkang dan keras kepala.

Bangsa Israel menolak perintah Nabi Musa untuk masuk ke tanah Kanaan, dengan alasan saat itu dipimpin oleh penguasa yang mereka takuti.

Karena sifat pengecutnya, 

Bani Israel pun memfitnah penguasa Kanaan dengan menyebutnya sebagai raja yang kejam.

Kisah ini tertuang dalam Alquran surat Al-Maidah ayat 22 yang berbunyi:

"Mereka berkata, "Wahai Musa! Sesungguhnya di dalam negeri itu ada orang-orang yang sangat kuat dan kejam, kami tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar darinya. Jika mereka keluar dari sana, niscaya kami akan masuk." 

(QS Al-Maidah ayat 22).

Diantara orang-

orang Bani Israil ada dua orang yang setia dan taat kepada perintah Nabi Musa, yaitu Yosua bin Nun dan Kalaeb bin Yefune.

Keduanya adalah pemimpin-pemimpin Bani Israil yang semuanya ada dua belas orang sebagaimana disebut ayat 12 Surah ini.

Berkatalah dua orang laki-laki di antara mereka yang bertakwa, yang telah diberi nikmat oleh Allah, "Serbulah mereka melalui pintu gerbang (negeri) itu. Jika kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan bertawakallah kamu hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang beriman."

(QS Al-Ma'idah :23)

Bani Israel merupakan kaum yang sangat keras kepala. Mereka bahkan menyuruh Nabi Musa memerangi Kanaan agar mereka bisa masuk dengan aman. 

"Mereka berkata, "Wahai Musa! Sampai kapan pun kami tidak akan memasukinya selama mereka masih ada di dalamnya, karena itu pergilah engkau bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua. Biarlah kami tetap (menanti) di sini saja." 

(QS Al-Ma'idah ayat 24).

Bani Israel Diharamkan Menginjak Tanah Suci

Nabi Musa bahkan tidak mampu menghadapi sifat sombong dan keras kepala Bani Israel.

 Dalam Al-Maidah ayat 25, Musa berdoa:

 "Dia (Musa) berkata, "Ya Tuhanku, aku hanya menguasai diriku sendiri dan saudaraku. 

Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu." 

(QS Al-Maidah: 25)

Sebab karena kesombongan mereka sendiri, Allah telah mengharamkan tanah Kanaan diinjak oleh mereka.

Dalam surat Al-Maidah ayat 26, Allah berfirman:

"(Jika demikian), maka (negeri) itu terlarang buat mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan mengembara kebingungan di bumi. 

Maka janganlah engkau (Musa) bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu." 

(QS Al-Maidah 26).

Selama masa 40 tahun tersebut, generasi pertama Bani Israil yang meninggalkan Mesir yang berusia 20 tahun keatas, semua mati di padang gurun.

Sehingga setelah 40 tahun hanya generasi baru yang sampai ke perbatasan Kanaan.

Nabi Musa Alaihissalam meninggal di Gunung Nebo pada usia 120 tahun, Di dekat Tanah Kanaan.

Kemudian, Dalam surat Al-Anbiya Ayat 105 Allah berfirman:

Dan sungguh, telah Kami tulis di dalam Zabur setelah (tertulis) di dalam Adz-Dzikr (Lauh Mahfuzh), bahwa bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang shalih

(QS Al-Anbiya Ayat 105).

Dengan demikian, keistimewaan yang sebelumnya diberikan oleh Allah SWT kepada Bani Israil  yang tertuang dalam beberapa ayat dalam Al Quran, karena membangkang dan tidak taat kepada perintah Allah SWT maka keistimewaan tersebut, dibatalkan.

Tanah yang dijanjikan hanya diwariskan kepada hamba Allah SWT yang shaleh.

Selanjutnya

QS. Al-Anbiya Ayat 106

Sungguh, (apa yang disebutkan) di dalam (Al-Qur'an) ini, benar-benar menjadi petunjuk (yang lengkap) bagi orang-orang yang menyembah (Allah).

(QS. Al-Anbiya Ayat 106)

 


Posting Komentar