Kisah Orang Biasa Yang Miliki Ilmu Luar Biasa.

Table of Contents
Kisah Seorang Biasa, Bukan Nabi Tapi Punya Mukjizat

Editorial : Ilmu Kecepatan dalam Al-Qur'an

Kisah Nabi Sulaiman a.s dan Ratu Balqis yang tertulis dalam Al-Qur’an (Surah An-Naml ayat 30–40) mengandung pesan kosmik yang sangat relevan dengan kehidupan manusia di era digital saat ini.

Suatu zaman di mana teknologi mampu memindahkan data dan informasi dari satu belahan bumi ke belahan bumi lain hanya dalam hitungan detik. Sebuah kecepatan yang dahulu mungkin hanya bisa dibayangkan sebagai keajaiban.

Nabi Sulaiman a.s adalah seorang raja sekaligus nabi yang diberi kekuasaan luar biasa oleh Allah swt. Selain kekuasaan, memiliki Ilmu yang mampu memahami seluruh bahasa hewan, juga mampu memerintah bangsa jin.

Ketika, mengetahui bahwa negeri "Saba" dipimpin oleh seorang ratu (Ratu Balqis) yang menyembah matahari. Nabi Sulaiman a.s bergegas mengirimkan surat untuk mengajak sang ratu berserah diri dan menyembah hanya kepada Allah.

Ratu Balqis pun memutuskan untuk datang langsung menghadap nabi Sulaiman. Ratu Balqis bersama pengawalnya segera berangkat menuju Yerussalem untuk menemui nabi Sulaiman a.s.

Mendengar hal tersebut, Nabi Sulaiman ingin menunjukkan kebesaran dan kekuasaan Allah swt sebelum kedatangannya. Lalu memerintahkan para pembesar dan murid-muridnya agar "singgasana megah milik Ratu Balqis", dipindahkan dari negeri Saba (Yaman) ke istana nabi Sulaiman di Yerussalem, sebelum sang ratu tiba.

Dialog Dalam Al-Qur'an?

QS. An-Naml [27]:38
Dia (Sulaiman) berkata, “Wahai para pembesar, siapakah di antara kamu yang sanggup membawakanku singgasananya sebelum mereka datang menyerahkan diri?”

Tantangan ini dijawab oleh Ifrit, jin yang kuat dan andal:

QS. An-Naml [27]:39
Ifrit dari golongan jin berkata, “Akulah yang akan membawanya kepadamu sebelum engkau berdiri dari singgasanamu. Sesungguhnya aku benar-benar kuat lagi dapat dipercaya.”

Namun, muncul tawaran yang lebih mengejutkan — bukan dari jin, bukan dari kerabat nabi, bukan tokoh populer — melainkan dari seseorang biasa namun memiliki "ilmu dari al-Kitab”:

QS. An-Naml [27]:40
Seorang biasa yang mempunyai ilmu dari kitab suci berkata, “Aku akan mendatangimu dengan membawa (singgasana) itu sebelum matamu berkedip.”

Ketika dia (Sulaiman) melihat (singgasana) itu telah hadir di hadapannya, dia pun berkata:
“Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku apakah aku bersyukur atau kufur. Siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri. Dan siapa yang kufur, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia.”

Refleksi:

Kisah ini menginspirasi bahwa kecepatan dan keajaiban sebagai ilmu dari Allah swt, diberikan bukan hanya untuk para nabi atau jin. Namun adapula kepada manusia biasa, dicontohkan dalam ayat al-qur'an bahwa - seorang biasa, bukan nabi, bukan pula jin - namun memiliki ilmu keajaiban yang luar biasa, ilmunya bersumber dari kitab wahyu, petunjuk ilahi.

Refleksi Digital dan Kecepatan Hati

Saat ini, kita hidup di zaman ketika cahaya data menembus langit dunia : berita, gambar, suara, video sepintas berpindah dari satu ujung bumi ke ujung lainnya hanya dalam hitungan detik.

Dahulu, singgasana Ratu Balqis berpindah sejauh ±2.300 kilometer dalam se-kedipan mata saja, sebuah keajaiban yang tercatat dalam wahyu. Firman Allah (QS. An-Naml [27]: 40).

Dan keajaiban serupa terjadi setiap saat di era kini : dengan satu klik, pesan menembus batas ruang dan waktu. Namun, pertanyaan refleksi buat manusia saat ini, seberapa cepat Ruh manusia mampu menyambut kebenaran, cahaya ilahiah?, sebagaimana cepatnya berita tersebarkan, atau justru Ruh itu terpenjara dalam kebisingan dunia?.

Wallāhu a‘lam bish-shawāb.

© 2025 oleh Divonews.

Posting Komentar