Negara Sunda Baru : Fiksi Militer Barat & Geopolitik Indonesia
“Negara Sunda Baru” bukan deklarasi politik, melainkan perangkat naratif dalam simulasi militer Barat, sekaligus cermin bagaimana dunia menilai posisi strategis Indonesia.
Opini geo-politik
Beberapa waktu terakhir beredar kabar bahwa di situs pemerintah Amerika Serikat muncul deklarasi sebuah negara baru bernama Negara Sunda Baru, yang meliputi Sumatra, Jawa, Kalimantan, hingga sebagian Malaysia. Sekilas, berita ini terdengar mengejutkan, seolah ada upaya pemisahan wilayah yang dilegalkan secara virtual oleh Washington.
Namun setelah ditelusuri, “Sunda Baru” bukan entitas politik nyata, melainkan negara fiktif yang digunakan dalam simulasi militer Barat.
Negara Fiktif untuk Perang yang Nyata
Militer Amerika dan sekutunya sudah lama menciptakan negara-negara rekaan demi kebutuhan latihan perang. Tujuannya: menghindari sensitivitas diplomatik, melatih pasukan menghadapi konflik yang kompleks, dan pemodelan krisis geopolitik di masa depan.
Contohnya, Atropia dipakai dalam simulasi di kawasan Kaukasus, dan Donovia untuk latihan di Eropa Timur. Negara-negara ini tidak pernah ada di dunia nyata, tetapi peta, politik, ekonomi, hingga militernya dirancang seolah hidup.
Dalam konteks Indo-Pasifik, muncullah nama Sunda Baru.
Negara Sunda Baru: Bayangan Nusantara dalam Simulasi Barat
Sunda Baru tercatat dalam dokumen pelatihan militer Australia (date.army.gov.au) dan basis data pelatihan militer Amerika (odin.tradoc.army.mil). Dalam narasinya, Sunda Baru adalah hasil penyatuan Indonesia dengan sebagian wilayah Malaysia, berbentuk parlementer, dan memiliki militer modern.
Secara geografis, wilayahnya meliputi jalur strategis: Selat Malaka, Laut Jawa, hingga sebagian Kalimantan. Melalui Sunda Baru, militer Barat menguji berbagai skenario:
- perebutan sumber daya alam,
- ketegangan etnis dan politik internal,
- serta rivalitas Amerika Serikat–Cina di Asia Tenggara.
Artinya, meski fiktif, Sunda Baru adalah cermin bagaimana kekuatan global melihat Asia Tenggara: strategis, rapuh, sekaligus penuh potensi konflik.
Di Indonesia, kabar ini kerap disalahpahami sebagai intervensi atau bahkan konspirasi pembentukan negara baru. Padahal yang terjadi justru lebih serius : Indonesia dipandang terlalu penting untuk diabaikan.
Dengan jalur perdagangan vital, sumber daya energi, dan posisi di antara Samudra Hindia dan Pasifik, Nusantara adalah arena perebutan pengaruh. Sunda Baru hanyalah alat naratif, tetapi maknanya jelas bahwa stabilitas politik Indonesia masuk dalam kalkulasi militer Barat.
Cermin bagi Indonesia
Pertanyaannya bukan apakah Sunda Baru akan benar-benar muncul, melainkan : apakah Indonesia siap menghadapi kenyataan bahwa dunia melihat kita sebagai titik krusial geopolitik global?
Jika pihak luar saja memetakan skenario kita untuk latihan militernya, mengapa kita abai untuk memetakan diri sendiri dalam strategi jangka panjang? Mengapa perencanaan kita lebih sering sibuk pada dinamika lima tahunan pemilu, sementara pihak lain memproyeksikan konflik dan peluang puluhan tahun ke depan?
Apakah Indonesia sudah senang namanya tercatat dalam peta latihan militer mereka, atau berani menulis peta masa depan sendiri?”
Referensi
- Australian Army – Sunda Baru, Indo-Pacific Operating Environments (date.army.gov.au)
- U.S. Army TRADOC – Decisive Action Training Environment (DATE), Sunda Baru (odin.tradoc.army.mil)
Posting Komentar