Perintah Allah swt kepada Nabi Muhammad ﷺ untuk Bertanya

Table of Contents
Perintah Nabi Muhammad ﷺ untuk Bertanya

1. Al-Qur’an (QS. An-Nahl/16:43)

وَمَآ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُّوحِيٓ إِلَيْهِمْ فَسْـَٔلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“Kami tidak mengutus sebelum engkau (Nabi Muhammad) melainkan laki-laki yang Kami beri wahyu kepadanya. Maka, bertanyalah kepada orang-orang yang mempunyai pengetahuan (ahlazzikira) jika kamu tidak mengetahui.”

Ayat ini menegaskan bahwa seluruh nabi sebelumnya adalah manusia biasa yang menerima wahyu, bukan malaikat. Jika ada keraguan atau ketidaktahuan, perintah-Nya jelas : bertanya kepada Ahl al-Dzikr (orang yang memiliki pengetahuan dan otoritas keilmuan).

2. Hadis

دَوَاءُ الْعِيِّ السُّؤَالُ

Obat dari kebodohan adalah "bertanya.” — HR. Abu Dawud no. 336, hasan menurut al-Albani.

Hadis ini menunjukkan adab menuntut ilmu : kebodohan bukan aib, tetapi enggan bertanya adalah masalah.

3. Tafsir Ulama Klasik

  • Ibn Kathir: Ahl al-Dzikr adalah ahli kitab terdahulu yang mengetahui sejarah kenabian. Perintah bertanya berlaku umum: setiap orang yang tidak tahu wajib bertanya kepada ahlinya.
  • Al-Tabari: Memerintahkan kaum musyrik Makkah untuk merujuk pada ulama Yahudi dan Nasrani, karena mereka memahami bahwa nabi adalah manusia yang diberi wahyu.
  • Al-Razi: Frasa “فَسْـَٔلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ” adalah dalil metodologis mencari ilmu melalui otoritas yang benar.

4. Konteks Dakwah Nabi Muhammad ﷺ

Pada masa awal dakwah, kaum musyrik Makkah menolak keras ide bahwa Nabi ﷺ adalah manusia biasa. Mereka ber-alasan, “Mengapa tidak diutus malaikat saja?”. Ayat ini datang untuk membantah argumen itu dengan bukti sejarah para nabi sebelumnya. Dengan mempersilakan mereka bertanya kepada ahli kitab.

5. Relevansi di Era Modern

  • Etika keilmuan : Ketika tidak tahu, jangan berspekulasi atau menyebarkan informasi keliru. Wajib bertanya kepada sumber terpercaya.
  • Validasi informasi : Prinsip ayat ini relevan di era banjir hoaks. Memeriksa kebenaran berita dari pihak yang kompeten adalah bentuk ketaatan pada perintah Allah.
  • Dialog lintas iman : Ayat ini mengajarkan keterbukaan untuk belajar bahkan dari pemeluk agama lain, selama mereka ahli di bidangnya.
  • Manajemen pengetahuan : Umat perlu membangun budaya ilmiah — menyandarkan ilmu pada otoritas dan bukti, bukan asumsi dan prasangka.
Sumber:
Al-Qur’an, QS. An-Nahl [16]:43.
Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, Kitab al-Adab, no. 336.
Al-Albani, Silsilah al-Ahadith al-Sahihah, no. 1354.
Ibn Kathir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azim, Dar al-Tayyibah, 1999.
Al-Tabari, Jāmi‘ al-Bayān, Dar al-Fikr, 1987.
Fakhr al-Din al-Razi, Mafātīḥ al-Ghayb, Dar al-Fikr.
Ibn Hisham, Sirah Nabawiyah, Dar al-Ma’arif, 2001.
Al-Utsaimin, Syarh al-Usul al-Thalathah, Maktabah al-Rushd, 2005.
UNESCO, Journalism, ‘Fake News’ & Disinformation, 2018.
Al-Qaradhawi, Fiqh al-Jihad, Maktabah Wahbah, 2009.
Peter Drucker, Managing Knowledge, Harvard Business Review, 1993.

Posting Komentar