Wajah Asli Manusia: Bukan Cuma Satu, Tapi Tiga

Table of Contents

Red : Opini kemanusiaan

Setiap manusia punya wajah. Tapi bukan hanya satu, melainkan tiga. Begitu kata pepatah populer yang kerap dikaitkan dengan kebijaksanaan orang Jepang. Meskipun tidak tercatat dalam literatur klasik Jepang, konsep ini menyebar luas karena menyentuh sesuatu yang terasa sangat manusiawi. Kita semua hidup dengan versi-versi berbeda dari diri kita sendiri.

Wajah pertama adalah wajah yang kita tunjukkan kepada dunia. Ini adalah citra diri yang kita perlihatkan kepada teman organisasi, kerja, tetangga, atau media sosial. Di sinilah kita menjaga kesopanan, membatasi emosi, dan berusaha menampilkan yang terbaik. Orang Jepang menyebutnya tatemae — tampilan luar yang mengikuti norma sosial demi menjaga harmoni.

Wajah kedua hanya tampak pada orang-orang terdekat: keluarga, sahabat, atau pasangan. Di sini kita sedikit lebih jujur, berani marah, tertawa keras, atau menangis tanpa malu. Kita masih menyimpan beberapa hal, tapi setidaknya tak sepenuhnya berpura-pura. Inilah bagian yang lebih pribadi, lebih manusiawi, dan mungkin lebih "kita".

Wajah ketiga? Inilah yang paling misterius. Wajah ini tidak pernah kita tunjukkan pada siapa pun. Di sinilah tempat pikiran-pikiran terdalam, ketakutan tersembunyi, keinginan gelap, atau rahasia yang terkunci rapat bahkan dari orang yang kita cintai. Ini adalah wilayah sunyi dalam batin yang mungkin hanya Tuhan yang benar-benar tahu.

Konsep tiga wajah ini bukan cuma milik Jepang. Carl Jung menyebut persona sebagai topeng sosial, dan shadow sebagai sisi gelap yang kita sembunyikan. Dalam tradisi Jawa, dikenal istilah rupa (penampilan), batin (isi hati), dan sukma (inti jiwa). Dalam tasawuf Islam, dikenal tiga tingkatan: bashar (fisik, biologi, ammarah), annas (sosial,lawwamah), dan insan (spiritual, muthmainnah). Semua menunjukkan hal serupa bahwa manusia bukan satu lapis, tapi berlapis-lapis.

Apa artinya ini semua? Bahwa mengenal diri sendiri adalah pekerjaan seumur hidup. Kita sering mengira sudah tahu siapa diri kita, padahal yang kita kenal mungkin hanya wajah pertama. Wajah kedua pun belum tentu kita sadari sepenuhnya, apalagi yang ketiga.

Maka tak heran jika orang yang terlihat bahagia bisa ternyata menyimpan luka terdalam. Atau sebaliknya, orang yang tampak biasa saja ternyata memendam kekuatan luar biasa. Karena wajah manusia bukan cuma satu, tapi tiga — dan tidak semuanya bisa dilihat dengan mata.

Posting Komentar