Oligarki PBB
Oleh : Noer Lapong S.H.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) disebut juga sebagai forum tertinggi dunia, terutama saat sidang umum tahunan digelar seperti saat ini di new york USA. Semua pemimpin negara tampil berpidato, menyuarakan visi dan prinsip mereka. Namun, di balik retorika itu, ternyata PBB jauh dari nilai demokrasi.
Keputusan penting di PBB, terutama di Dewan Keamanan, ditentukan oleh
hanya lima negara dengan hak veto : Amerika Serikat, China, Rusia, Inggris, dan Prancis. Satu veto
saja bisa menggagalkan resolusi, meskipun mayoritas anggota mendukung.
Negara-negara lain, termasuk anggota tidak tetap, hanya bisa menonton sambil
gigit jari, atau turut ramai mengajukan kompromi.
Ironisnya, hampir semua pemimpin negara anggota PBB membanggakan
diri sebagai pendukung demokrasi dan hak asasi manusia. Tetapi ketika berada di
panggung dunia itu, mereka menyuarakan demokrasi tanpa makna, alias omon-omon saja, sementara struktur PBB tetap oligarkis. Sidang yang ramai dengan pidato
bahkan lebih mirip pertunjukan wayang, daripada mekanisme pengambilan keputusan yang
adil dan beradab.
Terlihat nyata, bahwa dibalik pidato megah dan seremonial yang riuh dengan tepuk tangan, PBB tetap dikuasai oleh hanya lima negara besar dengan hak veto. Sebuah oligarki global yang memilukan. Suara mayoritas anggota hanyalah gema suara selingan, pemanis forum demokrasi yang terperangkap tanpa kekuatan.
Salam
Posting Komentar