Sultan Abdul Hamid II, Menolak Yahudi Membeli Tanah Palestina
Penyunting : Tim Redaksi
Sejarah Yahudi di Ke-khalifaan Ottoman Turki mencapai babak baru pada masa pemerintahan Sultan Abdul Hamid II (1876–1909). Periode ini penting karena bersamaan dengan munculnya gerakan Zionisme modern di Eropa disusul gelombang migrasi orang Yahudi (Aliyah) pertama ke Palestina.
Yahudi di Kekhalifaan Ottoman Menjelang Abad ke-19
Sejak pengusiran besar-besaran dari Spanyol pada 1492, Kekaisaran Ottoman menjadi salah satu tempat perlindungan utama bagi orang Yahudi Sephardic. Kota-kota seperti Istanbul, Salonika, Izmir, dan Safed berkembang menjadi pusat kebudayaan Yahudi.
Namun pada abad ke-19, situasi berubah. Nasionalisme Turki dan Arab mulai bangkit, intervensi Eropa semakin besar, dan arus pengungsi Yahudi dari Rusia serta Eropa Timur mengalir akibat pogrom (gelombang kekerasan anti-Yahudi). Gelombang migrasi pertama ke Palestina, yang dikenal sebagai Aliyah Rishona (Aliyah Pertama), berlangsung antara 1882–1903, melibatkan sekitar 25.000–30.000 orang Yahudi, terutama dari Rusia dan Rumania.
Theodor Herzl dan Proposal Zionis
Pada 1896, Theodor Herzl menerbitkan Der Judenstaat (Negara Yahudi), manifesto Zionisme modern. Setahun kemudian, pada 1897, menyelenggarakan Kongres Zionis Pertama di Basel, Swiss, yang menetapkan Palestina sebagai tujuan utama pendirian tanah air Yahudi.
Herzl kemudian mencoba meyakinkan penguasa besar, termasuk Sultan Abdul Hamid II, agar mengizinkan pemukiman Yahudi di Palestina. Antara 1896-1902, Herzl beberapa kali melakukan upaya diplomasi melalui perantara pejabat Ottoman. Ia menawarkan bantuan finansial untuk melunasi utang luar negeri Ottoman sebagai imbalan atas izin pemukiman Yahudi berskala besar di Palestina.
Namun Abdulhamid II menolak keras. Ucapannya yang terkenal kepada utusannya, seperti dikutip oleh Philip Mansel (1995):
“Aku tidak
bisa menjual tanah ini, karena bukan milikku, melainkan milik umat Islam.
Mereka telah berjuang dan menumpahkan darah demi tanah ini. Jika suatu hari
kekhalifahan runtuh, maka mereka bisa mengambil Palestina tanpa izin. Namun
selama aku hidup, aku tidak akan memotong bagian tubuhku.”
Kebijakan Abdul Hamid II
Meski menolak Zionisme, Abdul Hamid II tidak bersikap anti-Yahudi secara umum. Yahudi tetap hidup aman di kota-kota besar Kekhalifaan Ottoman, berpartisipasi dalam perdagangan, pendidikan, dan administrasi.
Namun, Abdul Hamid II menerapkan pembatasan migrasi ke Palestina:
1. Yahudi asing hanya boleh masuk Palestina sebagai peziarah dengan izin tinggal maksimal tiga bulan.
2. Pembelian tanah oleh Yahudi di Palestina sangat diawasi dan sering ditolak.
3. Upaya Zionis membeli tanah secara
besar-besaran digagalkan oleh pemerintah pusat di Istanbul.
Kebijakan ini berhasil menahan laju Zionisme resmi, meski tidak sepenuhnya menghentikan imigrasi individu atau kelompok kecil.
Kejatuhan dan Transisi
Pada 1909, Abdul Hamid II digulingkan oleh gerakan Young Turks (Turki Muda). Pemerintah baru lebih longgar dalam soal imigrasi Yahudi, sehingga jumlah pemukim Zionis di Palestina bertambah. Menjelang Perang Dunia I, komunitas Yahudi di Palestina telah mencapai sekitar 85.000 orang, dari sebelumnya hanya sekitar 25.000 pada pertengahan abad ke-19.
Kesimpulan
Sultan Abdul Hamid II adalah penguasa Khilafah Ottoman terakhir yang secara konsisten menolak Zionisme. Ia melihat Palestina bukan sekadar tanah, tetapi bagian integral dari warisan Islam. Walaupun Yahudi tetap mendapat perlindungan di wilayah Ottoman, Abdul Hamid II menutup pintu bagi gagasan mendirikan negara Yahudi di Palestina. Ironisnya, setelah kejatuhannya, pintu migrasi orang Yahudi ke Palestina semakin terbuka dan tanpa sadar menyiapkan panggung bagi konflik besar abad ke-20 di Tanah Suci, hingga kini.
Sumber Rujukan
- Bernard Lewis, The Jews of Islam. Princeton University
Press, 1984.
- Stanford J. Shaw & Ezel Kural Shaw, History of the Ottoman
Empire and Modern Turkey. Cambridge University Press, 1977.
- Philip Mansel, Constantinople: City of the World’s Desire,
1453–1924. St. Martin’s Press, 1995.
- Jacob M. Landau, The Politics of Pan-Islam: Ideology and
Organization. Oxford University Press, 1990.
- Walter Laqueur, A History of Zionism. Schocken Books, 2003.
- Haim Gerber, The Jews of the Ottoman Empire. In The
Cambridge History of Turkey, Vol. 3. Cambridge University Press, 2006.
Posting Komentar