Holocaust & Kita: Al-Qur’an Mengingatkan, Bukan Membenarkan

Oleh: M Fadlul (Ketum HMI Kom Pamulang)

Generasi kita tumbuh dalam dunia yang cepat, berita datang secepat notifikasi, pendapat bertebaran lebih liar daripada data. Tapi dalam kecepatan itu, seringkali kita lupa berhenti untuk merenung dengan akal dan hati. Salah satu isu yang sering direduksi menjadi meme, ejekan, atau konspirasi adalah Holocaust, pembantaian sistematis terhadap sekitar 6 juta orang Yahudi oleh Nazi Jerman di era Hitler.

Sebagian dari kita tergoda untuk melihat itu sebagai “balasan Tuhan”, bahkan ada yang bilang itu “layak mereka terima”. Tapi tunggu dulu. Kalau kita benar-benar Muslim yang membaca Al-Qur’an dengan mata terbuka dan hati jernih, kita harus bertanya?, benarkah kita sedang berdiri di sisi yang benar? Atau justru kita mulai kehilangan sisi kemanusiaan yang diajarkan Islam?

1. Al-Qur’an Tegas: Nyawa Itu Suci (QS Al-Ma’idah/5:32)

مِنْ اَجْلِ ذٰلِكَ ۛ كَتَبْنَا عَلٰى بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اَنَّهٗ مَنْ قَتَلَ نَفْسًاۢ بِغَيْرِ نَفْسٍ اَوْ فَسَادٍ فِى الْاَرْضِ فَكَاَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيْعًاۗ وَمَنْ اَحْيَاهَا فَكَاَنَّمَآ اَحْيَا النَّاسَ جَمِيْعًا ۗوَلَقَدْ جَاۤءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِالْبَيِّنٰتِ ثُمَّ اِنَّ كَثِيْرًا مِّنْهُمْ بَعْدَ ذٰلِكَ فِى الْاَرْضِ لَمُسْرِفُوْنَ

Oleh karena itu, Kami menetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil bahwa siapa yang membunuh seseorang bukan karena (orang yang dibunuh itu) telah membunuh orang lain atau karena telah berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia.211) Sebaliknya, siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, dia seakan-akan telah memelihara kehidupan semua manusia. Sungguh, rasul-rasul Kami benar-benar telah datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Kemudian, sesungguhnya banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas di bumi.

Ayat ini jelas, tidak pakai syarat “asal bukan non-Muslim”. Nyawa itu sakral, apapun ras dan agamanya. Maka ketika jutaan orang Yahudi dibantai hanya karena mereka Yahudi, itu adalah dosa sejarah. Dan Muslim sejati tidak mungkin tepuk tangan menyaksikan kebiadaban seperti itu, siapapun korbannya.

2. Hitler Bukan Pahlawan, Dia Tiran

Di TikTok atau YouTube Shorts, kadang muncul konten yang memuja Hitler karena “berani lawan Yahudi”. Padahal, dia bukan pejuang Islam. Dia adalah tiran sekuler, rasis, dan penuh kebencian. Ia mengubah negara jadi mesin pembunuh. Ia menjadikan kebencian sebagai undang-undang. Dan Islam sangat jelas: kezaliman, siapa pun pelakunya, akan dihancurkan oleh Allah (QS Al-Kahfi/:59)

 

وَتِلْكَ الْقُرٰٓى اَهْلَكْنٰهُمْ لَمَّا ظَلَمُوْا وَجَعَلْنَا لِمَهْلِكِهِمْ مَّوْعِدًا ࣖ

(Penduduk) negeri-negeri itu telah Kami binasakan ketika mereka berbuat zalim dan telah Kami tetapkan waktu bagi kebinasaan mereka.

3. Jangan Ulangi dengan Wajah Baru

Hari ini, yang dibantai bukan orang Yahudi. Tapi warga Gaza, Muslim Uighur, Rohingya, bahkan terkadang kita sendiri di negara kita ini. Tapi dunia diam. Karena ketika Holocaust terjadi dulu, banyak juga yang diam. Itulah mengapa Holocaust harus kita pelajari, agar tidak terjadi lagi. Bukan hanya terhadap orang Yahudi, tapi terhadap siapa pun termasuk terhadap kita sendiri. Dan kalau kita ikut menyebarkan kebencian kolektif, bukankah itu jalan menuju tragedi yang sama?.

4. Al-Qur’an Ajak Kita Refleksi, Bukan Balas Dendam

Betul, Al-Qur’an bicara tentang Bani Israil. Tapi bukan untuk memancing kebencian buta. Melainkan untuk jadi cermin buat kita semua, mereka pernah mulia, lalu jatuh karena sombong dan melanggar amanat. Kita pun bisa jatuh jika tak belajar dari mereka.

“Tidaklah satu jiwa menanggung dosa jiwa yang lain.” (QS Al-An’am/:164)

 قُلْ اَغَيْرَ اللّٰهِ اَبْغِيْ رَبًّا وَّهُوَ رَبُّ كُلِّ شَيْءٍۗ وَلَا تَكْسِبُ كُلُّ نَفْسٍ اِلَّا عَلَيْهَاۚ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِّزْرَ اُخْرٰىۚ ثُمَّ اِلٰى رَبِّكُمْ مَّرْجِعُكُمْ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَ

164. Katakanlah (Nabi Muhammad), “Apakah aku (pantas) mencari tuhan selain Allah, padahal Dialah Tuhan bagi segala sesuatu. Setiap orang yang berbuat dosa, dirinya sendirilah yang akan bertanggung jawab. Seseorang tidak akan memikul beban dosa orang lain. Kemudian, kepada Tuhanmulah kamu kembali, lalu Dia akan memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan.”

Pesannya? Kita gak boleh menyamaratakan semua orang Yahudi hanya karena kesalahan sebagian mereka di masa lalu. Dan sebaliknya, kita pun tak mau dipukul rata hanya karena sebagian Muslim berbuat kekerasan.

5. Umat yang Adil, Bukan yang Geram

Nabi Muhammad adalah rahmat bagi seluruh alam, bukan hanya untuk Muslim. Di Madinah, beliau membuat Piagam yang menjamin hidup damai antara Muslim, Krisren dan Yahudi. Bahkan saat mereka menyalahi perjanjian, Rasul tidak memerintahkan pembantaian massal. Tidak ada Holocaust versi Islam. Dan tak boleh ada. Kita tidak diajarkan menjadi umat yang pendendam, melainkan umat yang tegas dalam keadilan, halus dalam kasih sayang, dan cerdas dalam membaca sejarah.

Mau Jadi Apa Kita?

Mau jadi generasi yang ikut menyebar narasi “pembalasan” atas sejarah? Atau generasi yang membaca sejarah dan memastikan itu tak terulang, terhadap siapa pun dan oleh siapa pun?. Holocaust bukan cerita orang lain. Itu adalah cermin untuk semua umat manusia. Kita bisa mengabaikannya, lalu mengulang tragedi yang sama dengan wajah baru. Atau kita bisa menjadikannya peringatan, agar kita tetap manusia, tetap Muslim, dan tetap berdiri di sisi keadilan, bukan di sisi kebencian.

(QS An Nahl/16:90)

۞ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil, berbuat kebajikan, dan memberikan bantuan kepada kerabat. Dia (juga) melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pelajaran kepadamu agar kamu selalu ingat.

_______

0 Komentar

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama