“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus seorang rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), 'Sembahlah Allah dan jauhilah Thagut.'” (QS. An-Nahl: 36)
Ayat ini menunjukkan bahwa pengutusan nabi bukanlah kejadian luar biasa, melainkan sebuah pola ilahiah yang terus berulang. Setiap kali umat mulai berpaling dari kebenaran, Allah SWT mengutus nabi untuk mengingatkan, membimbing, dan memperbaiki arah perjalanan manusia.
Banyaknya nabi yang diutus sepanjang sejarah menjadi cermin, bahwa umat manusia dari zaman ke zaman selalu berpotensi menyimpang dari jalan yang lurus. Para nabi datang bukan saat manusia baik-baik saja, melainkan ketika kesesatan menjadi arus utama dan suara kebenaran menjadi minoritas yang tertindas.
Jika direnungkan sejujurnya, bukankah kondisi dunia hari
ini sangat mirip dengan zaman para nabi dahulu? Ketimpangan merajalela, hukum
berpihak kepada yang kuat dan yang ber-uang, suara rakyat diabaikan, kekuasaan
dijadikan alat menindas. Kebenaran dianggap ancaman, dan orang yang
menyuarakannya dituduh kriminal.
Namun berbeda dengan masa lalu, saat ini kita tidak lagi
memiliki nabi yang akan datang mengoreksi. Kenabian telah ditutup dengan
diutusnya Rasulullah SAW sebagai penutup para nabi. Maka tugas menjaga
nilai-nilai kenabian berpindah kepada semua ummat sebagai pengikut beliau.
Rasulullah SAW bersabda, “Ulama adalah pewaris
para nabi.” (HR. Tirmidzi). Namun bukan hanya ulama, setiap Muslim
yang masih memelihara kepekaan nurani, sejatinya turut memikul tugas itu;
menghidupkan nilai keadilan, membela kaum lemah, menyuarakan kebenaran walau
pahit, dan “menolak” menjadi bagian dari sistem yang menjalankan kemungkaran.
Di tengah kemajuan teknologi dan kemunduran moral,
tantangan saat ini bukan hanya menjaga iman secara pribadi, tetapi juga menjaga
nilai-nilai esensial Islam tetap hidup di ruang publik, di pemerintahan,
ekonomi, media, dan pendidikan. Sebab Islam bukan hanya tentang ibadah
personal, tapi juga keadilan universal.
Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Allah
tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, hingga mereka mengubah keadaan yang ada
pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11).
Posting Komentar