PUBLIK MAKIN PERCAYA IJAZAH JOKOWI PALSU. KENAPA?

Fenomena ini bisa dijelaskan melalui beberapa pendekatan psikologis, sosiologis, dan politik. Beberapa alasan mengapa hasil penyelidikan Bareskrim Polri yang menyatakan ijazah Jokowi asli justru membuat sebagian publik semakin percaya bahwa ijazah tersebut palsu.


1. Krisis Kepercayaan terhadap Lembaga Negara

Banyak masyarakat khususnya yang sudah skeptis telah kehilangan kepercayaan terhadap institusi penegak hukum, termasuk Polri. Dalam konteks ini, ketika lembaga yang dianggap tidak independen justru menyatakan sesuatu, responsnya bisa jadi sebaliknya; publik malah berpikir "kalau polisi bilang asli, berarti bisa jadi malah sebaliknya."

Fenomena ini disebut "boomerang effect", ketika otoritas memberikan klarifikasi, tetapi malah memperkuat kecurigaan karena lembaga tersebut dianggap tidak kredibel.

2. Konfirmasi Bias (Confirmation Bias)

Orang cenderung mempercayai informasi yang sesuai dengan keyakinan mereka sebelumnya dan menolak informasi yang bertentangan. Bagi mereka yang sudah percaya bahwa ijazah itu palsu, hasil penyelidikan Bareskrim justru dilihat sebagai upaya menutupi kebenaran.

3. Politik Identitas dan Polarisasi

Isu ijazah Jokowi telah menjadi bagian dari narasi politik dan polarisasi sejak lama. Ini bukan sekadar soal dokumen akademik, melainkan simbol ketidakpercayaan terhadap kekuasaan. Oleh karena itu, hasil penyelidikan tak lagi dilihat secara objektif, tapi sebagai bagian dari "perang posisi" politik.

4. Kurangnya Transparansi dan Independensi

Publik yang curiga mungkin merasa bahwa penyelidikan POLRI tersebut tidak dilakukan secara terbuka atau melibatkan pihak-pihak independen, misalnya akademisi, pengamat hukum, atau lembaga netral. Jika proses dan hasilnya dianggap tertutup dan tidak bisa diverifikasi publik, maka klaim “asli” tidak menghapus keraguan.

5. Efek Streisand

Semakin keras negara atau institusi mencoba menutupi atau “menyelesaikan” isu yang kontroversial secara sepihak, maka isu itu justru semakin menarik perhatian. Ini disebut Efek Streisand usaha menekan informasi justru membuatnya lebih menyebar dan dipercaya.

6. Ketiadaan Penjelasan yang Memuaskan

Misalnya, jika hasil penyelidikan hanya menyebut "identik" tanpa menjelaskan proses verifikasinya secara rinci (misal melalui uji forensik dokumen, konfirmasi ke UI, saksi sejarah, dll), maka publik bisa menilai penyelidikan itu formalitas belaka.

Kesimpulan:

Reaksi publik yang berbalik arah bukan karena fakta ijazah itu palsu atau asli, tetapi karena krisis kepercayaan yang mendalam terhadap institusi, serta konteks politik yang memengaruhi cara orang menyerap dan menafsirkan informasi. Dalam iklim politik yang terpolarisasi dan penuh disinformasi, kebenaran faktual pun bisa ditolak jika datang dari pihak yang dianggap “tidak netral.”

0 Komentar

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama