Pancasila Fondasi yang Retak

Pancasila seharusnya menjadi fondasi yang kokoh bagi kehidupan berbangsa bernegara Indonesia. Namun hari ini, banyak tanda-tanda bahwa fondasi itu sudah retak, bukan karena usang oleh waktu, melainkan karena dikhianati oleh perilaku elite dan sistem negara yang abai pada nilai-nilainya.

Persatuan Indonesia tak lagi menjadi kekuatan pemersatu, melainkan kerap dijadikan slogan kosong saat polarisasi sosial politik semakin tajam. Di media sosial, kita menyaksikan perang kata antarwarga negara yang berbeda pandangan, diadu oleh elite yang memperalat identitas demi kekuasaan.

Kemanusiaan yang adil dan beradab tergerus oleh praktik kekerasan struktural, dari penggusuran warga miskin, perampasan tanah rakyat, hingga kriminalisasi aktivis. Padahal, Pancasila menuntut perlakuan manusiawi bagi semua warga, tanpa kecuali.

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam permusyawaratan/perwakilan makin kehilangan makna ketika parlemen lebih tunduk pada kekuatan modal daripada pada suara rakyat. Demokrasi prosedural berjalan, tapi substansi kerakyatan sekarat.

Keadilan sosial masih jadi impian panjang. Ketimpangan ekonomi makin lebar. Sumber daya alam dan perekonomian dikuasai segelintir korporasi. Sementara itu, jutaan rakyat bertahan hidup dalam ketidakpastian pekerjaan, pendidikan, dan layanan kesehatan.

Ironisnya, semua ini terjadi saat pemerintah giat mempromosikan "penguatan ideologi Pancasila" lewat program formal, bahkan regulasi. Namun bagaimana mungkin ideologi Panca Sila bisa hidup, jika nilai-nilainya tidak dijadikan dasar dalam kebijakan dan tindakan nyata?.

_____

0 Komentar

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama